Pamikiran Haji Denny
58 hari Menuju Hijrah Gasan banua
DUITOKRASI MEMBUNUH DEMOKRASI
Duitokrasi. Satu kata itu memang tidak ditemukan di kamus bahasa manapun. Saya pertama kali menggunakannya ketika menyampaikan presentasi di Melbourne Law School, Australia, sekolah hukum tempat saya menyelesaikan program doktoral (PhD), dan menjadi Profesor Tamu selama tiga tahun. Dalam diskusi yang diadakan salah satu fakultas hukum terbaik di dunia tersebut, judul makalah saya adalah: Duitokrasi Kills Indonesia’s Democracy. Tentu saja saya akhirnya perlu menjelaskan apa itu “Duitokrasi”. Idenya muncul dari buku berjudul, “Dollarocracy: How the Money and Media Election Complex is Destroying America”. Buku yang ditulis oleh jurnalis politik John Nichols dan kritikus media Robert W. McChesney tersebut bertutur soal bagaimana “kekuatan uang” (the money power), yang lalu diistilahkannya sebagai “Dollarocracy”, dari asal kata “Dollar”, telah menjadi kekuatan penentu dalam pemilu yang tidak hanya membahayakan politik elektoral, tetapi lebih jauh merupakan lonceng kematian bagi DNA demokrasi Amerika Serikat.
Dari kata “Dollarocracy” itulah, saya kemudian terinspirasi untuk menghadirkan “Duitokrasi”. Sebenarnya kalau paralel dengan penggunaan kata dollar, maka kata yang sepadan adalah “Rupiahkrasi”. Tetapi, saya memutuskan diksi “duitokrasi” dengan dua alasan. Satu, dalam rasa bahasa, kata “duit” lebih berbau aroma anyir, beraura negatif, ketimbang rupiah. Dua, kata “duitokrasi” lebih terdengar satu kufu dan lebih nyaman dibunyikan ketika dihadap-hadapkan dengan demokrasi.
Maka, jadilah saya putuskan menggunakan istilah tersebut, yaitu ketika duitokrasi (daulat duit) mengalahkan demokrasi (daulat rakyat).
Dalam diskusi yang diadakan Melbourne Law School di atas, saya menjadi nara sumber dimana forum membandingkan praktik haram politik uang di Indonesia dengan Australia. Ketika itulah, dengan berat hati saya menyampaikan argumen bahwa, demokrasi Indonesia telah dibunuh oleh duitokrasi. Artinya, daulat rakyat telah ditikam mati oleh kekuatan uang. Uanglah yang menentukan siapa menjadi pemenang dalam pemilu. Bahkan, beberapa langkah lebih awal sebelum menjadi the winner, duit pulalah yang menentukan siapa yang bisa menjadi kandidat dalam hajatan yang semestinya menjadi pesta rakyat. Demokrasi dibunuh duitokrasi. Pesta rakyat berubah menjadi pesta para pencuri dan penipu rakyat. Pemilu bukan menghadirkan para pemimpin negara yang amanah, sebagaimana cita-cita dan konsep awalnya, tetapi berbalik menjadi pabrik yang mencetak para penghianat dan koruptor, yang pada gilirannya menjadi pesakitan di hadapan hukum, dan berbaju oranye KPK.
Karena itu, syarat utama agar pemilu tetap menjadi pesta rakyat adalah: daulat uang harus dikalahkan, daulat rakyat harus direbut kembali. Caranya tidak lain adalah dengan membasmi dan menihilkan praktik jual beli suara di setiap proses pemilu, baik dalam tahap pencalonan, ataupun dalam fase pemenangan. Seluruh praktik haram politik uang, apapun modus, topeng, dan kamuflasenya harus benar-benar kita ringkus dan penjarakan. Praktik jual-beli tiket pencalonan (candidacy buying), ataupun perdagangan suara pemilih (vote buying) sama-sama sudah dirumuskan sebagai kejahatan dan pelanggaran pemilu, yang sanksinya adalah pidana penjara, denda, ataupun hukuman administratif hingga diskualifikasi kandidat yang tetap nekat melakukannya.
Undang-undang pemilu kita sebenarnya sudah mengadopsi norma demikian, namun mengapa duitokrasi masih saja menang telak ketika bertarung dengan demokrasi? Jawabannya tidak lain karena, aturan hukum itu hanya menjadi macan kertas yang ompong dan tidak bisa menggigit, ketika diaplikasikan dalam kehidupan politik nyata. Norma sanksi yang baik, tidak akan pernah efektif ketika penegak hukumnya sendiri tidak steril dan masih menghamba dengan kekuatan duit, ataupun kalah dengan intervensi kuasa.
Dari pengalaman saya satu setengah tahun ini berikhtiar di Pemilihan Gubernur Kalimantan Selatan, praktik haram politik uang masih telanjang dijalankan. Di samping karena sikap politik elit dan budaya kaum alit kita sudah permisif kepada jual beli suara, sistem pengawasan dan penghukuman yang disiapkan oleh UU Pemilu kita masih menjadi bagian dari masalah (part of the problem) ketimbang seharusnya menjadi bagian dari solusi (part of the solution). Berbagai pelanggaran yang coba kami laporkan kepada lembaga pengawas baik di pusat maupun daerah, hanya menjadi proses yang melelahkan, tanpa hasil yang memuaskan. Dimana tumpukan bukti-bukti yang seharusnya tak terbantahkan, dikalahkan oleh negosiasi, lobi, dan telepon intervensi.
Lebih menyedihkan lagi, ketika proses penegakan hukum itu juga menjadi bagian yang dapat diperjualbelikan, artinya juga kalah melawan duitokrasi, daulat uang. Maka, pemilu kita menghadirkan pemenang yang akan menghamba kepada kekuatan pemodal (oligarki), serta tidak akan mungkin memikirkan kepentingan rakyat pemilihnya. Kemenangan duit itulah yang dengan baik dijudulkan Smita Notosusanto pada kolomnya di mingguan Tempo pada tahun 2004, “Presiden Pilihan Uang”. Judul itu terasa bombastis, tetapi pesan moralnya terang-benderang, tatkala moral pemilu kita sudah tergadaikan dengan uang, dapat diperjualbelikan, bisa ditransaksikan, maka jangan harap pesta demokrasi menghadirkan pemimpin yang amanah, karena dia hanya akan menjadi hamba sahaya dari godaan materi, menjadi budak dari daulat duit (duitokrasi).
Padahal, duitokrasi dalam berbagai modus politik uangnya adalah musuh utama dan kemaksiatan nyata yang membunuh sistem pemilu dan demokrasi kita. Duitokrasi adalah virus yang lebih menyesakkan nafas, lebih mematikan dibandingkan pendemi COVID 19. Duitokrasi menyebabkan moralitas kepemiluan kita kehilangan wibawa, harkat, dan martabatnya. Padahal Al Qur’an menegaskan bahwa kehancuran suatu umat, adalah karena rusaknya moralitas kehidupan bermasyarakat. Surat Al Isra ayat 16 berbunyi, “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu)”.
Kebinasaan akan menjadi ujung jalan bagi bangsa yang hancur moralitasnya. Salah satunya yang daulat rakyatnya (demokrasi) dikalahkan oleh daulat duit (duitokrasi). Pada bangsa yang demikian, akan hadir kebinasaan, akan lahir bencana alam dan non-alam. Di Kalimantan Selatan, hancurnya moralitas dengan maraknya politik uang akan menghadirkan pemimpin yang tidak amanah, dan bencana alam banjir yang “Banyunya (kada) lalu haja”. Wallahu’alam Bisshowab. (*)
44 Responses
Aamiin yra,takdir YME sudah di tetapkan kepada,setiap insan,sejauhmana upaya kita meraihnya,dan Amanah sesuatu yg berat,yg dipikul tapi ringan bagi orang2 “terpilih” yg dapat memaknai hidup dan kehidupan.,sehat selalu untuk pian dan keluarga dan dicukupkan rezekinya,sukses cita2nya…Aamiin yra
Alhamdulillah Kalsel mempunyai orang2 yg luar biasa..d berikan ilmu kecerdasan sehingga bisa mengharumkan Banua masih ada yg punya integritas yang tinggi…dengan berbagai prestasi yg sdh pak Deny raih selama ini ada suatu tujuan untuk mengedepankan kepentingan masyarakat Kalsel untuk lebih maju dan lebih baik lagi semoga segala Doa ikhtiar dan usaha Allah kabulkan…amanah masyarakat merupakan tanggung jawab dunia-akhirat semoga nanti bisa menjadi pemimpin yg terbaik dan bisa menjadi sejarah dlm perjuangan bapak memimpin Kalsel yg lebih bermartabat lagi Insya Allah.. Aamiin ya rabbal alamin
Kita lawan-lawan 💪 ketika proses penegakan hukum menjadi bagian yang dapat diperjualbelikan..salam DEMOKRASI BANUA
Pendidikan yg tidak benar akan menghancurkan suatu bangsa
Bagaimana dengan istilah Depelacur Demokrasi, Kedengarannya sangat sensitif karena sama2 mencari uang dengan cara haram
Jurnal yang di tulis oleh Prof.Deny memang berkualitas dan berbobot, namun alangkah baiknya lebih simpel dalam penyampaiannya berhubung pendukung Bapak berbagai tingkatan pendidikan formal.
mkasih masukannya, kolom ini memang lebih berat, yang lebih ringan, nanti lewat media dan cara yang lain, insya Allah. Masing-masing ada cara dan pola komunikasinya…
Pak… saya tertarik dengan judul anda.. dan itu lah yang kami alami.. di banjarbaru ketika membela hak2 kami yang jauh dari kota banjarbaru… sudi kiranya… bapak mendengarkan keluhan kami.. karna hak2 kami sdah dirampas… sampai2 kami mengadu kejakarta.. sebenarnya kami sudah mencoba mendatangi bapak di banjarbaru 3 bulan kami coba ingin mendatangi bapak tapi.. tak kunjung ketemu… kalo kami sekiranya memohon agar suara kami didengar pak.. sekali saja..
ini kami tinggalkan kontak kami
081396841369
terimakasih atas edukasi nya prof ,
semoga setelah ini masyarakat akan sadar tentang efek dari tindak kejahatan duitokrasi serta oligarki yang jelas2 nyata dihadapan mata dalam pemilihan pemimpin pemengang kebijaksanaan dalam mengambil segala keputusan untuk wilayah nya .
Alhamdulillah prof. Menang di MK.. Selanjutnya berjuang untuk menang di pilkada ulang.. Saya berdoa semoga prof bisa menang dan membawa kalsel lebih baik.. Amiin.
Politik uang sudah mengakar dari pilpres sampai dengan pilkades, politik pragmatis selalu terjadi,rakyat dan calon pemimpin harus berubah demi tatanan Demokrasi yang lebih baik.
#Salam Perubahan prof…
Dari kabupaten Bogor
Tulisan yang bernas dan mencrahkan.
Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. QS. Al-Baqarah [2] : 181 …
: 137
Sehat selalu pak haji, semoga Allah meridhai perjuangan pian dan mengalahkan money politik Aamiin Aamiin ya rabbal’alamin🤲🤲
Semoga di kabulkan hajatnya prof
Teori dan ideologi sangat mudah di ucapkan. Aplikasinya yg kami tunggu. Sukses Pa Haji Deny. Haram manyarah wajah sampai kaputing. Siap hijrah gasan banua…
Saya sebagai warga negara Indonesia yang kebetulan dilahirkan di Kalimantan Selatan merasa bersyukur karena ternyata kita masih memiliki seorang tokoh atau pemimpin seperti Pa Prof. H. Denny Indrayana dan beberapa gelintir pemimpin lainnya termasuk pa Jokowi (prediden RI) yang memiliki sifat kepemimpinan yg amanah, jujur, dan memiliki integritas tinggi dalam menjalankan tugasnya.Kita akan terus berharap agar mereka ini terus menjadi contoh dlm memerangi sogok atau suap dalam proses pemilihan pemimpin dinegeri ini baik ditingkat pusat, daerah bahkan sampai pemilihan ketua RT atau Badan Perwakilan Desa (BPD) dikampung kampung. Mari Bapak/ibu berdayakan dan tegakan dengan sungguh sungguh dan penuh tanggung semua undang-undang atau peraturan yang mengatur tentang PEMILU/PILKADA dan peraturan2 lainnya yang berkaitan dengan perekrutkan pemimpin dinegeri ini baik dilingkungan eksekutif maupun legislatif agar kelak budaya suap/sogok yg hampir melanda semua sendi kehidupan masyarakat ini bisa ditekan atau bahkan dihilangkan. Selamat berjuang,by dana Lumur👊👊
Alhmdulillh.
Trima ksih bayk pa, ini ilmu yg sgat berguna untuk hri kedepan, krena kalau pemilu mulai didesa sampai keatas sangat bayak duitokrasi, sangat meyakiti kdp calon yg tidk puya duit. Dan merampas hak dipilih. Semoga degn niat bapa dan semangt bapa duitokrasi dapat berkurang dan dpat hilang khususnya dikalimantan.
Dan para ulama dan para ustdz dipondok dan tokoh masyarakat seharus nya juga berperan untuk menghapus kn adat duitokrasi ini.
Ulun sangat bangga dan berterima kasih bayak kdp bapa untuk mengalahkan duitokrasi ini. Karena duitokrasi ini juga haram dalam agama islam. Yang disabda kan nabi (arrasi walmurtasi pin naar) antinya manyuguk dan disunguk di dalam neraka. ( semangat pa dan allah maha penolong)
hak2 rakyat d rampas oleh penguasa,tanah d hargai dgn tdk pantas,u penambangan menghancurkan kehidupan rakyak ekosistim rusak,20,30 50 thn anak cucu kita tdk bisa lgi menikmati hsil alam
smoga pian jdi terpilih doa yg terbaik dri hamba Allah # kotabaru
Luruskan.niat, mari.bersmaa.smaa.berkerja.dgn tulus.dan.ikhlas.. Jgn bekerja mencar I kradilan hanya jarna duit, dgn imbalan duit, Gapai kemenangan unt.masa depan jgn untuk saat ini, kalau kita dgn.imbalan duit hanya uny saat ini tidam unt masa akan dtg.
Sejak kecil/Sekokah Dasar saya meninggalkan Kalsel utk sekolah di sebuah provinsi ibukota negara, kemudian kembali ke Banjarmasin dan melanjutkan di sebuah Sekolah negeri tingkat Menengah Atas, setelah itu kembali ke perantauan di provinsi yg berbeda melanjutkan kuliah dan bekerja, sampai berkeluarga di rantau, punya anak dan cucu-cucu.
Sebagai putera “Banua Asli” #kakek/nenek/kedua belah pihak dan lahir di banua#
Tentu memiliki banyak keluarga dan kerabat dekat, mulai saudara kandung puluhan, sepupu sekali ratusan, sepupu dua kali dan tiga kali malah hampir ribuan, belum lagi keponakan2, cucu2, paman/acil/sdra kakek/nenek kedua belah pihak yg sebagian besar sudah wafat.
“Mereka sanak saudara” juga sahabat San teman2 akrab menetap
diberbagai kabupaten/kota di Kalsel, kami terus berkomunikasi dan bersilaturahmi, baik diskusi lewat telpon, SMS, maupun lewat grup BBM, dan terakhir lewat WA grup.
Hampir tak pernah melewatkan informasi apapun yg terjadi “di Banua Saurang” baik suka maupun duka, tentang perkembangannya, kemajuannya maupun biasa-biasa, statis dan tidak maju, mulai harmonisasi masyarakatnya, ekonomi, budaya, keamanan, para pejabat daerahnya, para pendatang yg menguasai aset banua, juga berbagai musibah yg melanda banua kita, untuk yg satu ini saya “berusaha menggalang dana” utk meringankan beban dansanak2 dibanua. termasuk juga menjadi perhatian saya pemilihan legislatifnya, Pilkada nya (Pilbub, pilwako dan pilgub yg paling banyak menyita waktu perhatian kita semua).
Walau bisa dikatakan (kalau tidak berlebihan) saya bisa meraih sukses dirantau atau di banua urang, di sebuah kementerian, juga dalam bidang sosial, namun belum merasa puas apalagi bahagia kalau banua saurang tidak maju dan berkembang seperti yang menjadi harapan semua.
Agar tidak terlalu panjang, saya To The Point saja, Saya baru mulai bangga dan bahagia ketika ada seorang haji, Professor Ahli hukum, pernah menjadi Wamenkum di era bapak Demokrasi Indonesia “Kabinet SBY” yg cukup saya kenal intelektualnya, integritasnya, dan tentu saja militansi nilai juangnya utk sebuah kebenaran dan keadilan. Beliaulah Prof. H. Denny Indrayana, S.H., LL.M., Ph.D. yang mencalonkan diri menjadi Gubernur Kalsel, kembali dari rantau menuju banua agar warna banua bisa sejahtera dan berkeadilan, putera daerah lebih diberi ruang dan kesempatan menjadi tuan rumah dinegeri saurang, bukan karena duitokrasi dalam demokrasi tentunya.
Sudah waktunya orang2 pandai, orang beri ilmu, orang2 alim, orang2 jujur, orang2 berintegritas, amanah, Istiqomah dan berkomitmen yang menjadi pemimpin utk membangun daerah yg kita cintai…
Pak haji Denny dianggap cakap dan mampu serta memenuhi syarat utk diangkat dan ditetapkan menjadi Gubernur Kalsel, PILIHAN ADA PADA RAKYAT KALSEL, tentu pada wilayah yang melaksanakan PSU, dan upaya/peran kita mengajak mereka menentukan pilihan.
Tidak sehelai daun pun yg jatuh ke Bumi tanpa seijin Allah SWT.
Siapa pun yg ingin menghalangi bila Allah SWT mentakdirkan beliau jadi gubernur Kalsel tak ada yang bisa menghalanginya, demikian sebaliknya.
Semoga Allah SWT meridhoi perjuangan, cita2 dan ikhtiar pak Prof dan kita semua…Aamiin YRA.
Perantau, 7 syakban 1442 H
Wassalam,
Insha Allah “Duitokrasi” akan kita hancurkan dengan istiqamah menyuarakan kebenaran
Tulisan di bawah ini copas dari media Online Republika sengaja saya share untuk menguatkan semangat kita semua yang menginginkan Keberkahan Allah Swt
“Pilih Pemimpin Amanah Berkah”
Keberkahan bagi pemimpin dan yang dipimpin punya dimensi kepuasan spiritual yang tidak bisa diukur oleh keunggulan material. Kemimpinan yang amanah merupakan jangkar (anchor) bagi perjuangan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Berani melawan arus untuk meluruskan kemunkaran, kezaliman seperti yang dilakukan Buya Hamka. Kerinduan kita kepada Buya Hamka sangat kita rasakan ketika saat ini mengahadapi kepemimpinan yang lemah, karena belum mampu menegakkan keadilan dan memberantas kezaliman.
Sementara kesejahteraan (prosperity) berbasis pada pemenuhan kepuasan material dengan segala ornamennya, sering membuat manusia terlena untuk memilikinya, sampai mengabaikan keadilan. Bahkan tak sedikit orang yang menggunakan cara yg tak terpuji demi menggapainya.
Amanah artinya jujur atau dapat dipercaya. Secara bahasa, amanah dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah juga berarti titipan (al-wadi’ah). Amanah adalah lawan kata dari khianat. Dan amanah terjadi diatas ketaatan, ibadah, al-wadi’ah (titipan), dan ats-tsiqah (kepercayaan).
Dengan demikian sikap amanah merupakan sesuatu yang dipercayakan untuk dijaga, dilindungi, dan dilaksanakan dengan baik. Pemimpin yang amanah dan benar-benar membela kepentingan rakyatnya adalah sebuah keberkahan yang hanya diberikan bagi umat yang taat kepada Allah SWT.
Sebagai contoh, amatlah tidak mungkin sebuah kelompok rampok dipimpin oleh seorang ustadz, kiyai, cendikiawan, dll. Sebaliknya apakah mungkin seorang penjahat memimpin kelompok para alim ‘ulama. Jawabnya tegas tidak.
Untuk itu Rasulullah bersabda:
وقال صلى الله عليه وسلم ادالإمانة إلى من انتمنك ولا تخن من خانك
Artinya: Sampaikan amanat kepada orang yang mempercayakan kepada kamu, dan jangan kamu berkhianat kepada orang yang mengkhianatimu. Dengan kata lain orang menolak kejahatan dengan cara yang baik dari para pengkhianat.
Kerena itu wajib menyampaikan amanat kepada orang yang dipercaya agar para pengkhianat tidak menimbulkan kerusakan(mafsadat). Rasulullah juga berpesan agar kita tetap tidak berkhianat meskipun kepada dia sang pengkianat.
Pesan Rasulullah tersebut senada dengan firman Allah, dimana Allah menyuruh kita untuk membalas setiap kejelekan dengan kebaikan. Sebab kebaikan tidak sama dengan kejelekan di mata Allah. Tak jarang, seorang pemimpin menjadi cerminan siapa yang dipimpinnya. Menurut Rasulullah SAW, pemimpin yang tidak amanah disebut salah satu ciri kiamat segera terjadi.
Seperti dalam sebuah hadits:
Dari Abu Hurairah r.a. berkata, tatkala Nabi SAW berada dalam suatu majelis, sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata, “Kapan terjadi Kiamat?” Rasulullah SAW. terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata, “Rasulullah SAW mendengar apa yang ditanyakan, tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya . Berkata sebagian yang lain, “Rasulullah SAW tidak mendengar.” Setelah Rasulullah SAW menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya, “Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata orang Badui itu, “Saya wahai Rasulullah SAW,“ Rasul saw. berkata, “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah Kiamat”. Bertanya (orang badui) “Bagaimana menyia-nyiakannya?”
Rasulullah SAW menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah Kiamat” (HR Bukhari).
Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda:
اذا كان اخر الزمان يرفع الله اربعة اشياء
يرفع الله البركة من الارض ويرفع الله الرحمة من القلوب ويرفع الله العدل من الحكام ويرفع الله الحياء من النساء (رواه احمد.)
Tanda akhir zaman adalah empat, Allah akan mengangkat keberkahan dari bumi, mengangkat kasih sayang dari hati manusia, mengangkat keadilan dari para pemimpin dan mengangkat rasa malu dari wanita.
(HR Achmad). Copas Ahad 07 Sya’ban 1442 H
sumber:
KH Muhyiddin Junaidi, MA/Wakil Ketua Umum MUI Pusat 2020 (Republika.co.id)
Insha Allah “Duitokrasi” akan kita hancurkan dengan istiqamah menyuarakan kebenaran
Tulisan di bawah ini copas dari media Online Republika sengaja saya share untuk menguatkan semangat kita semua yang menginginkan Keberkahan Allah Swt
“Pilih Pemimpin Amanah Berkah”
Keberkahan bagi pemimpin dan yang dipimpin punya dimensi kepuasan spiritual yang tidak bisa diukur oleh keunggulan material. Kemimpinan yang amanah merupakan jangkar (anchor) bagi perjuangan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Berani melawan arus untuk meluruskan kemunkaran, kezaliman seperti yang dilakukan Buya Hamka. Kerinduan kita kepada Buya Hamka sangat kita rasakan ketika saat ini mengahadapi kepemimpinan yang lemah, karena belum mampu menegakkan keadilan dan memberantas kezaliman.
Sementara kesejahteraan (prosperity) berbasis pada pemenuhan kepuasan material dengan segala ornamennya, sering membuat manusia terlena untuk memilikinya, sampai mengabaikan keadilan. Bahkan tak sedikit orang yang menggunakan cara yg tak terpuji demi menggapainya.
Amanah artinya jujur atau dapat dipercaya. Secara bahasa, amanah dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah juga berarti titipan (al-wadi’ah). Amanah adalah lawan kata dari khianat. Dan amanah terjadi diatas ketaatan, ibadah, al-wadi’ah (titipan), dan ats-tsiqah (kepercayaan).
Dengan demikian sikap amanah merupakan sesuatu yang dipercayakan untuk dijaga, dilindungi, dan dilaksanakan dengan baik. Pemimpin yang amanah dan benar-benar membela kepentingan rakyatnya adalah sebuah keberkahan yang hanya diberikan bagi umat yang taat kepada Allah SWT.
Sebagai contoh, amatlah tidak mungkin sebuah kelompok rampok dipimpin oleh seorang ustadz, kiyai, cendikiawan, dll. Sebaliknya apakah mungkin seorang penjahat memimpin kelompok para alim ‘ulama. Jawabnya tegas tidak.
Untuk itu Rasulullah bersabda:
وقال صلى الله عليه وسلم ادالإمانة إلى من انتمنك ولا تخن من خانك
Artinya: Sampaikan amanat kepada orang yang mempercayakan kepada kamu, dan jangan kamu berkhianat kepada orang yang mengkhianatimu. Dengan kata lain orang menolak kejahatan dengan cara yang baik dari para pengkhianat.
Kerena itu wajib menyampaikan amanat kepada orang yang dipercaya agar para pengkhianat tidak menimbulkan kerusakan(mafsadat). Rasulullah juga berpesan agar kita tetap tidak berkhianat meskipun kepada dia sang pengkianat.
Pesan Rasulullah tersebut senada dengan firman Allah, dimana Allah menyuruh kita untuk membalas setiap kejelekan dengan kebaikan. Sebab kebaikan tidak sama dengan kejelekan di mata Allah. Tak jarang, seorang pemimpin menjadi cerminan siapa yang dipimpinnya. Menurut Rasulullah SAW, pemimpin yang tidak amanah disebut salah satu ciri kiamat segera terjadi.
Seperti dalam sebuah hadits:
Dari Abu Hurairah r.a. berkata, tatkala Nabi SAW berada dalam suatu majelis, sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata, “Kapan terjadi Kiamat?” Rasulullah SAW. terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata, “Rasulullah SAW mendengar apa yang ditanyakan, tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya . Berkata sebagian yang lain, “Rasulullah SAW tidak mendengar.” Setelah Rasulullah SAW menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya, “Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata orang Badui itu, “Saya wahai Rasulullah SAW,“ Rasul saw. berkata, “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah Kiamat”. Bertanya (orang badui) “Bagaimana menyia-nyiakannya?”
Rasulullah SAW menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah Kiamat” (HR Bukhari).
Bagi elit politik atau kelas menengah ke atas mereka boleh dikatakan memiliki pendidikan yang bagus. Sehingga kalau terjadikan duit sebagai penentu bukan karena pendidikan yang salah, namun karena ambisi yang menutupi tuk menghalalkan segala cara.
Bagi masyarakat awam yang mungkin berada dibawah garis kemiskinan, bagi2 duit dianggap sebagai rejeki, mumpung ada yang memberi, toh keinginannya ringan hanya minta di ceplos pada saat pemilu. Naah mungkin disini yang perlu dipertajam tuk pendidikan mereka. Ada pembelajaran yang harus semakin ditingkatkan. Agar mereka lebih paham arti berdemokrasi. Trims
Harta dan Kekuasan pasti akan hancur Binasa, seperti makna kisah Qarun, Firaun dan Haman…
“Semua jadi pembelajaran buat kita semua”
Q.S. al-Ankabut : 39 yang artinya : “Sungguh telah datang Musa kepada Qorun, Fir’aun, dan Haman dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka berlaku sombong di bumi, dan mereka orang-orang yang tidak luput dari kehancuran.”
Memang UU Pemilu nya perekrutan calon ka daerah melalui mekanisme kepartaian, keluat duit buat mahar perahu,..ongkos bikin atribut alat peraga dll,..ongkos kampaye dst….menjadikan ongkos politik buat jadi kepala😅daerah besar, ber milyar 2, tdk sedikit pinjaman duit,…terus balikin modal setelah duduk…
Pak..ulun hndk umpat dlm mengawal PSU..kalo bapak kurang saksi..saya siap dan saya ikhlas karna Allah..tanpa bayaran dan lillahita’ala pa..bismillah pak..
Dmna administrasi nya pak..
Moralitas anak bangsa yang akhirnya tidak memilki rasa tanggung jawab terhadap kewajiban mereka yang sebenarnya dan menjadi kan mereka mereka sebagai penerus perjuangan bangsa dan pemimpin yang memiliki pola pola pikir Subyektif dan tidak objektif dalam menentukan sebuah kebijakan sebab teracuni virus yang namanya Duit .dan membela yang memberikan Modal. Penerapan hukum dan Peraturan Yang Berkeadilan dan Berkepastian serta yang Berkemanfaatan akan Kalah dengan Hukum siapa yang punya DUIT. Padahall banyak orang orang yang tidak punya Duit yang memilliki KEIMANAN ,INTEGRITAS dan MOARALITAS…Terus kan Perjuangan dengan BISMILLAH.
Masyarakat bawah yang sudah dimanjakan dengan duit….Dan selalu harus ada Adul inilah yang mereka rekrut utk memuluskan apa yang diinginkan….tidak memberikan satu pelajaran agar mereka menjadi jujur tidak lagi membawa mereka ke arah Surga padahal sudah tahu hukumnya suap menyuap itu Haram ….. Semoga selalu dalam lindungan Allah untuk tidak ikut serta setiap memilih seseorang tanpa Duitokrasi.
Tulisan pian yang luar biasa semakin membuka pemikiran semakin baik kedepan bagi masyarakat bawah.
Ulun pernah survei dan mapping kemasyarakat, memang duitokrasi sudah menjadi main culture dimasyarakat kebanyakan, selagi kita punya integritas dan pemikiran yg brilliant untuk perkembangan banua khususnya serta tekad yang kuat maka untuk merubah paradigma itu ternyata sangat bisa dirubah dan itu sudah dibuktikan oleh Prof H.Denny & Difri.
Masih dalam perjuangan pa..lawan mendulang suara dgn duitokrasi…segala strategi akan mereka pikirkan untuk bisa memperoleh suara di PSU..dgn modal duitokrasi..jd saran u..mari kita pikirkan juga strategi untuk menutup celah sekecil apapun untuk mencegah mereka menjalankan duitokrasi…juga di tinggkat kan operadi simpatik di daerah PSU..karna kalau sdh simpatik uang mungkin sdh tidak mempan lg..salam “hijrah gasan banua”
Mantap DUITOKRASI hilang
Gaung kan DEMOKRASI yang betul2 demokrasi
Assalamualaikum wrwb.
Menarik yang dilakukan oleh Haji Denny di pilkada Kalsel, semoga terpilih, amanah dan bisa mengurangi praktek “Duitocrazy” di pemerintahan nantinya. Amiin.
Wassalamualaikum wrwb.
ulun salah satu korban duitokrasi dimana mebangkitkan kesadaran pemilih untuk tidak tergiur dengan iming iming duit akan terasa mustahil … semoga pian mendapatkan hasil terbaik… bangun banua dengan spirit hijrah
semoga berhasil
Sangat bangga sebagai warga Kalimantan selatan mempunyai Prof H. Deny yg baru pemilu tahun ini yg benar benar tanpa politik uang, dan semoga terwujud menjadikan Prof Kal Sel 1 Biar Hijrah gasan Banua segera terwujud. Semangat Prof rakyat Kalimantan dibelakang Prof
Maju trrus pantang mundur, haji Denni…
Insya Allah menang
Ulun sebagai warga banjarbaru slalu mendukung apa yg terbaik buat daerah yg uln cintai ini…tetap semangat pak.
“mudahan pian manang” Amiin Ya Rabbal Alamiin…
tulisan pian dalam dan meyeluruh (quite deep) permasalah di kalsel Hampir semua aspek tentang duitokrasi, mun pian mamang kaian mudahan kawa ma ubah pradigma masyarakat kalsel khususnya bahawa ada nang labih penting dari sekedar duit yaitu kemaslahatan dan harmoni.
Tolong inisiasi kajian kajian utk mitigasi banjir ,mengingat potensi banjir yg setiap tahun nya akan terus ada. Salam banua pak prof. Banjir sudah menyebabkan kerugian banyak sekali. Pasang sensor2 water level dititik2 strategis sehingga dapat di monitoring Pak kita bersama. Penambahan alat2 pengukur hujan otomatis. Membentuk satgas khusus utk mitigasi ini. Terimakasih Semoga dilancarkan segala urusan dan kendala nya! Salam Logika Bang Den
Kita lawan-lawan 💪 ketika proses penegakan hukum menjadi bagian yang dapat diperjualbelikan..salam DEMOKRASI BANUA
Duitokrasi, semoga akan terkubur pelan² di pemilu prov.Kalsel.
& Terimakasih prof…Ilmunya🙏
Terima kasih berbagi pemikiran Pian. Ulun warga Kab.Tabalong turut mendoakan semoga PSU Pilgub KalSel ini berjalan baik.Insya Allah Pian Prof H.Denny terpilih dan amanah.Aamiin Ya Rabbal Allamin.
Pemimpin yg amanah akan memajukan daerah yg dipimpinnya serta membuat kesejahteraan rakyat nya,adil & bijaksana dlm mengemban tugas.wass
Tulisan yg sangat mencerahkan, mudahan ini jadi bahan renungan dan pemikiran warga banua untuk ikut berperan aktif memperbaiki kondisi Kalsel ke arah yg lebih baik.
Klu boleh saran mhn kosa kata / bahasanya yg lebih mengena dgn ditambah B3 ( Bahasa Bubuhan Banjar), krn pemikiran2 ini akan mudah dipahami oleh warga Banua dgn bahasanya sendiri..salam
Jgn lengah, jgn eforia, saat kita mengunyah tulisan renyah bergizi ini, hantu2 duitokrasi sdh bergerak, bergerilya. Yg melek demokrasi baru segelintir kecil, selebihnya masih gampang ditukari. Waspadalah.